Prabowo Mesra dengan Dubes Tiongkok, Akun Anti Aseng Mingkem. Fadli Zon Gak Ada Suaranya
Minggu, 30 September 2018
Edit
Infomenia.net - Kemarin Prabowo Subianto bertemu dengan Dubes Republik Rakyat Tiongkok Xiao Qian. Prabowo turut hadir merayakan HUT Republik Rakyat Tiongkok yang digelar di Shangrilla Hotel. Di sana Capres Prabowo Subianto mengatakan China sangat penting bagi Indonesia. Karena itu, hubungan Indonesia dengan China harus dijaga.
Ada yang menarik jika kita amati kehadiran Prabowo pada Hari Nasional RRT ini. Prabowo mengaku mendapat undangan dari Dubes RRT. Dalam timbangan politik langkah Prabowo ini bisa kita baca sebagai langkah untuk meredam gelombang bahwa pihaknya tidaklah memusuhi RRT. Sekaligus mementahkan tudingan pihaknya dibalik isu anti China yang begitu massive belakangan menyerang Presiden Jokowi.
Suka tidak suka RRT adalah negara
super power yang sejajar dengan Amerika Serikat. Kekuatan ekonomi dan
angkatan bersenjatanya melebihi Amerika. Siapapun negara di dunia ini
pasti berkepentingan dengan RRT.
Presiden Jokowi punya ketajaman
penciuman soal RRT ini. Jokowi tahu dunia akan bergeser ke Asia. Pusat
kekuatannya adalah RRT. Dunia akan bergantung dengan ekonomi RRT. Jokowi
dengan cerdas menarik investor China masuk ke Indonesia.
China yang kebanjiran modal perlu
perluasan bisnis. Kapasitas pabrik mereka perlu pangsa pasar. Pasar
domestik China sudah jenuh. Mereka perlu ekspansi ke luar negeri agar
produksi barang dan jasa di perusahaan dalam negeri China terus
berproduksi. China dengan penduduk hampir 1 milyar lebih telah menjadi
raksasa dunia baik dari konsumsi barang dan juga arus jasa.
Langkah Jokowi mendekati Tiongkok ini
bukannya diapresiasi, oleh HTI dan lawan politik Jokowi, malahan
dijadikan gorengan isu busuk. Jokowi diserang massive sedang menjual
Indonesia ke China.
Jokowi diserbu isu sebagai antek
China. Isu 10 juta TKA China menyerbu Indonesia terus dipola. Pokoknya
Jokowi dipropagandakan sebagai antek China. Saat pilpres 2014 nama asli
Jokowi digoreng sebagai Oey Hong Liong,
Kanal berita online berbasis haters
Jokowi terus mempropagandakan Jokowi adalah keturunan China. Antek
China. Laman VoaIslam.com pada 24 Mei 2014 mengutip Ridwan Saidi.
“AS tidak mendukung Jokowi. Jokowi
hanya bekerja untuk kepentingan Cina. Bagaimana AS mendukung Jokowi yang
seratus persen Cina dan ayahnya seorang Cina dari Solo, Oey Hong
Liong,” tegas Ridwan Saidi.
Isu penaklukan China ini juga
dimainkan oleh HTI beberapa waktu lalu. Hitzbut Tahrir Indonesia (HTI)
menggagas acara diskusi dengan judul " Bahaya Cinaisasi Di Balik
Reklamasi Teluk Jakarta".
Cita2 HTI sejatinya membahayakan
fondasi kebangsaan kita. Impian HTI sesungguhnya mau menghapuskan impian
para foundings fathers republik.
Aksi mereka sebenarnya mau meruntuhkan
cita cita proklamasi. Mengubah bentuk negara menjadi sistem khilafah
yang sudah kehilangan bentuk dalam sejarah dunia.
Dalam propaganda yang sudah di
broadcast kemana2 itu, mata saya terbelalak dengan satu flayer. Ada enam
orang prajurit tampak sedang memegang tiang bendera China. Prajurit itu
berada di atas bukit dengan pemandangan laut sedang menancapkan tiang
bendera China.
Tahun 2006, saya pernah menonton film
Flag of Our Fathers, karya Clint Easwood. Sebuah film yang menceritakan
sejarah penancapan bendera AS oleh prajurit marinir di puncak Gunung
Suribachi, Iwojima, Jepang.
Film itu sangat berkesan buat saya.
Sejarah penuh tragedi kemanusiaan dengan korban jiwa hampir 30 ribu jiwa
tewas dan puluhan ribu luka luka demi perebutan sebuah pulau Iwojima.
Gambar prajurit sedang menancapkan
bendera itu tiada lain sebenarnya karya potret penerima hadiah Putlizer
Rosenthal. Wartawan perang Rosenthal mengambil gambar marinir AS saat
menancapkan bendera AS di puncak gunung Suribachi Pulau Iwojima pada
masa Perang Dunia 2. Ke enam prajurit marinir AS yang ada dalam potret,
Michael Strank, Rene Gagnon, Ira Hayes, Franklin Sousley, John Bradley,
dan Harlon Block.
Iwo Jima adalah sebuah pulau vulkanik
yang berbentuk seperti sebuah trapesium. Marinir yang mendarat di pulau
ini menjulukinya potongan daging babi berwarna kelabu.
Sewaktu menyerbu ke Iwo Jima, prajurit
Marinir Amerika Serikat tewas dalam jumlah besar karena pulau ini
dijaga dengan ketat oleh Jepang. Pemandangan Iwo Jima didominasi oleh
Gunung Suribachi (166 m).
Lagi lagi HTI mencuri karya hak cipta
milik orang lalu memodifikasi karya bersejarah itu dengan seenak
udelnya. Menipu dan mencuri, dua dosa yang dipakai untuk melampiaskan
kebencian SARA dan rasa permusuhan demi syahwat cita-cita menegakkan
negara khilafah.
Pengibaran bendera AS di Iwojima
dengan licik divisualisasikan HTI seolah-olah pasukan China sedang
berencana menginvasi Indonesia.
Visualisasi busuk itu benar-benar
menimbulkan efek psikologis pembaca untuk bereaksi negatif dan emosional
bahwa di masa pemerintahan Jokowi sekarang sedang berlangsung invasi
China.
HTI menggambarkan bahwa jaman
pemerintahan Jokowi ini karpet merah dihamparkan pemerintah untuk
tentara China agar bisa menguasai Indonesia. Isu busuk dan hitam
gembar-gembor 10 juta TKA China divisualisasikan dengan licik oleh HTI.
Isu ekspansi China ini akan terus
menerus dijahit lalu disambung menyambung hingga kewarasan kita menjadi
tidak waras. Sentimen SARA akan mengkristal hingga berujung perang
saudara. Ketika terjadi chaos, HTI masuk dengan jargonnya hanya khilafah
solusi kehidupan berbangsa bernegara.
Saya kemarin memantau arus media
sosial soal pujian Prabowo soal Tiongkok. Tiada satupun akun utama
kelompok mereka menyerang Prabowo. Akun Tofa dan Fadli Zon yang biasanya
super nyinyir soal China tetiba mingkem bin bungkam.
Akun-akun kunyuk yang selama ini
menyerang Jokowi antek China tetiba sariawan. Semuanya mendadak bisu
tanpa suara. Seperti satu komando hening sepi senyap tanpa suara.
Akhirnya mereka tahu, melawan RRT itu berat Jenderal...
Ahhh.. Jenderal Kardus kalah cerdas sama si Tukang Kayu...
Salam perjuangan penuh cinta
(Sumber: Status Facebook Birgaldo Sinaga)