Infomenia.net - Gubernur DKI Jakarta, Anies Rasyid Baswedan terlihat sendirian nyebrang di zebra cross sementara para pejalan kaki komp...

Infomenia.net - Gubernur DKI Jakarta, Anies Rasyid Baswedan terlihat sendirian nyebrang di zebra cross sementara para pejalan kaki kompak menepi sampai keluar zebra cross. Anies mungkin berharap ada yang nyamperin, minta selfie atau ajak foto bareng tapi nyatanya enggak.
Dia
ngeloyor sendiri sementara pejalan kaki yang lainnya menepi maksimal
dengan ekspresi senyam senyum, ketawa-ketiwi yang lainnya cuek bebek,
EGP, parah banget Cuy! Padahal dia adalah Gubernur Indonesia yang
bahkan dipuji Rizal Ramli sekelas jenderal tapi kok tak ada yang
tertarik berfoto bersama.
Dari foto tersebut ini
adalah kejadian kemarin saat peninjauan pembuatan pelican crossing yang
berada tidak jauh dari Bundaran Hotel Indonesia (HI) Jalan MH Thamrin,
Jakarta Pusat.
Aura negatif dari sang pemimpin
yang selalu menimbulkan kehebohan dan kebijakan kontroversial ini
membuat rakyat jadi tak simpatik. Apalagi sikapnya yang nyinyir dan
nyindir pemimpin sebelumnya menambah aura negatif melekat membuat rakyat
ogah mendekat. Ditambah aura Kali Item (Komentar Lanina di kolom
Disqus, wkwk).
Momen yang seharusnya bisa jadi
modal pencitraan di Instagram akhirnya batal dan buyar karena semua
pejalan kaki pada minggir, entah karena alergi atau ilfil melihat sosok
yang satu ini tiba-tiba muncul.
Tapi warga
pejalan kaki itu kompak bersama menepi sembari hepi dan membuat jarak
yang besar dengan sang Gubernur. Ini adalah simbol pemimpin yang
berjarak dengan rakyat maka rakyat juga akan memasang jarak dengannya.
Tak
ada yang mau menyerbu mendekat, selain beresiko gak mau ditabrak bareng
Gubernur tapi ini natural, pejalan kaki ini jelas tak antusias melihat
ada penampakan Gubernur yang tiba-tiba menyebernag bareng.
Pemimpin
yang dicintai rakyat akan membuat rakyat antusias mendekat dan merapat
seperti pak Jokowi dan Pak Ahok. So pasti keduanya itu akan diajak
selfie, wefie dan langsung live di facebook atau Insta story.
Tapi
gubernur zaman now, sepi, menyendiri dan ditinggalkan. Dia hanya bisa
menatap dengan tabah ke depan ingin segera sampai secepat-cepatnya.
Sementara pejalan kaki yang lain ngakak dan ketawa sembari yang lain
nggak enak akhirnya tertawa dalam hati.
Begitulah
momen cuplikan foto itu sudah berbicara banyak, nanti pemujanya pasti
akan membela junjungannya setengah mati. Seharusnya pendukungnya kompak
untuk beramai-ramai nyebrang zebra corss bareng Gubernur, hehe.
Sambutan
tak antusias warga yang melihat Gubernur menegaskan warga DKI itu tidak
bahagia dengan kehadirannya bahkan perihnya, tak dianggap. Siape luh,
katanya! Malah warga hepi sendiri seolah mengatakan, sorry kami nggak
butuh loe, Governor! Mereka malah menepi dan menjauh. Gubernur juga
terpaksa pasrah sembari mengeraskan hatinya untuk tabah sampai ke
seberang jalan.
Pemandangan
ini menunjukkan ironi pemimpin yang seharusnya peduli dan dicintai
pasti dan otomatis akan menjadi magnet bagi rakyatnya. Ini pemimpin yang
rupanya magnetnya terbalik jadi malah pada menjauh semua.
Aura
negatif yang semakin tebal itu membuat dirinya juga jadi tebal muka dan
tebal hati untuk setiap masukan dan koreksi yang diberikan oleh
berbgaai pihak. Pemerintah Pusat sebagai atasannya juga dicuekin,
membuat dirinya makin sombong dan arogan.
Upaya
menghadirkan dua pelican crossing yang dibangun di sisi Utara dan
Selatan Jalan MH Thamrin tepatnya didepan gedung Hotel Pullman itu
memang untuk kepentingan praktis pengguna jalan.
Mempercepat
penyeberangan tapi malah efeknya menambah macet. Pelican cross ini
sebenarnya bukanlah hal baru, sudah pernah ada di Indonesia.
Pelican
crossing sendiri hampir sama dengan zebra cross, hanya saja dilengkapi
dengan lampu lalu lintas, tombol penyeberangan dan pengeras suara.
Sementara pada dua pelican crossing sudah dibuka hari ini.
Dalam
prakteknya pelian cross itu menimbulkan kemacetan dan waktu menyeberang
yang terlalu singkat. Ini perlu menjadi catatan dalam pelaksanaannya
apalagi kalau ada ibu hamil atau orang yang sudah tua menyebernag, kan
kasihan.
Menurut Anies, untuk sementara pihaknya
akan menyiagakan petugas Dinas Perhubungan (Dishub) dengan tujuan
membiasakan pejalan kaki dan pengguna jalan dengan pelican crossing.
“Karena
itu petugas hadir untuk memberikan rasa tenang, pada saat mereka
menyeberang. Menyeberang jalan di Indonesia ini menegangkan. Karena itu
mereka (Dishub) hadir untuk membantu supaya mereka (pejalan kaki) tenang
karena ada petugas. Petugasnya ada 24 jam,” ujar Anies.
Menegangkan
karena ada Gubernur yang membuat kebijakan yang ajib dan aneh-aneh,
haha, jadi tegang deh pejabat Anda karena sewaktu-waktu bisa dipecat.
Menegangkan juga karena waktu penyeberangan Cuma 15 detik Gabener, kalau
jalannya lambat bisa ditabrak tuh, wkwk..
(Ronindo, seword.com)
Komisoner Komisi
Aparatur Sipil Negara ( KASN) I Made Suwandi mengemukakan, Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta melampirkan guntingan koran (kliping) sebagai dasar
pencopotan penjabat di lingkungan Pemprov DKI pada 7 Juli 2018. Salah
satu kliping berita yang disampaikan berisi permintaan Partai Gerindra
meminta pencopotan Anas Effendi sebagai Wali Kota Jakarta Barat.
"Macam-macamlah, "Gerindra Desak Sanksi Tegas buat Anas",
macam-macamlah. Jadi banyak nih," kata Made saat dihubungi, Selasa
(31/7/2018).
Ada pula berita Anas dinilai jadi tim sukses karena datang ke kampanye
Djarot Saiful Hidayat pada kampanye Pilkada DKI 2017.
Baca juga: KASN: Mutasi Kepala BKD DKI Jadi Wali Kota Jakut Langgar
Aturan
Menurut Made, berita itu harusnya jadi awalan pihaknya untuk memeriksa
pejabat yang bersangkutan.
"Langkah awal silakan saja berita koran, tapi harus diklarifikasi lewat
berita acara pemeriksaan. Bukti itu yang kami minta," kata Made.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Sekretaris Daerah DKI Jakarta
Saefullah, dan Pelaksana tugas Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD)
Budihastuti sebelumnya telah diperiksa oleh KASN terkait dugaan
pelanggaran itu.
Namun, Pemprov DKI dinilai gagal menjelaskan sehingga KASN menyimpulkan
bahwa proses perombakan pejabat di lingkungan Pemprov DKI Jakarta tidak
sesuai prosedur. Pemprov DKI seharusnya memberikan bukti berupa berita
acara pemeriksaan terhadap pejabat yang bersangkutan. Namun, yang
terjadi Pemprov DKI hanya mengirimkan potongan berita media massa.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Guntingan Koran yang Jadi Dasar Pencopotan Pejabat DKI Berisi Permintaan Partai Gerindra", https://megapolitan.kompas.com/read/2018/07/31/16532801/guntingan-koran-yang-jadi-dasar-pencopotan-pejabat-dki-berisi-permintaan.
Penulis : Nibras Nada Nailufar
Editor : Egidius Patnistik
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Guntingan Koran yang Jadi Dasar Pencopotan Pejabat DKI Berisi Permintaan Partai Gerindra", https://megapolitan.kompas.com/read/2018/07/31/16532801/guntingan-koran-yang-jadi-dasar-pencopotan-pejabat-dki-berisi-permintaan.
Penulis : Nibras Nada Nailufar
Editor : Egidius Patnistik