Infomenia.net - Malam itu, Rabu (23/5/2018), Mohamad Irfan
Bahri (19) dan sepupunya bernama Ahmad Rafiki menghabiskan setengah
malamnya berkumpul bersama teman-teman di Alun-alun Kota Bekasi.
Tentu, Irfan tak pernah menyangka apa yang akan ia hadapi seusai pertemuan itu.
Malam semakin larut, remaja asal Madura, Jawa Timur itu, memutuskan
untuk beranjak. Teman-temannya pun memang bubar saat tengah malam.
Irfan
dan Rafiki tak langsung pulang ke rumah, tapi mereka menyempatkan diri
untuk mengunjungi jembatan layang Summarecon, Bekasi.
Rasa penasaran ingin melihat pemandangan jadi pemicu keduanya mengarahkan kendaraan ke jembatan itu.
"Yang lain pulang, saya pingin lihat pemandangan di jembatan
Summarecon, habis itu saya di bawah dulu di dekat ada yang namanya
tulisan Kota Bekasi," kata Irfan kepada wartawan di Mapolres Metro
Bekasi Kota, Jawa Barat, Kamis (31/5/2018).
Sesaat kemudian, keduanya berpindah ke atas jembatan layang. Di sinilah hal tak terduga menghampiri mereka.
Irfan dan Rafiki dihampiri dua begal berinisial AS dan IY yang mengendarai sepeda motor. Begal itu mengeluarkan cerulit dan menodongkannya sambil meminta Irfan dan Rafiki menyerahkan ponsel.
Merasa ketakutan, Rafiki menyerahkan ponselnya kepada AS yang saat itu sudah turun dari sepeda motor.
Masalah tak selesai sampai di sini. AS membacok bagian tubuh Irfan setelah menerima ponsel dari Rafiki.
Mohamad Irfan Bahri, korban begal yang serang balik pembegal hingga tewas.
Berhubung Irfan punya kemampuan bela diri Jokotole Naga Putih, ia pun menangkis serangan AS berikutnya.
"Saya tangkis, saya tendang kakinya saya jatuhin ke bawah. Terus saya
rebut (celuritnya) dari tangannya pakai tangan saya," ujar Irfan. Kondisi berbalik, si begal tak bisa berbuat banyak. Apalagi saat Irfan menyerang balik dan membuat AS menyerah.
"Dia mau kabur, nah handphone teman saya, kan, masih dipegang, saya
bacok, saya bilang, 'mana handphone teman saya'. Terus dia kasih
handphone-nya kemudian bilang, 'maaf, Bang'," kata Irfan meniru ucapan
AS.
Akibat kejadian tersebut, AS langsung dibawa ke rumah sakit oleh IY. Namun, nyawanya tidak bisa diselamatkan.
Sedangkan Irfan dan Rafiki, keduanya langsung berobat di sebuah klinik sebelum akhirnya melapor ke Mapolres Metro Bekasi Kota. Singkat cerita, berkat aksi heroiknya, Irfan dan Rafiki menerima penghargaan dari Kepolisian Resor Metro Bekasi Kota.
"Ini dilakukan untuk memberikan apresiasi atas keberanian dan
kemampuannya melawan kejahatan. Kejahatan yang dilawannya ini bukan
main-main, ini perampokan," kata Kapolres Metro Bekasi Kota Kombes
Indarto, Kamis (31/5/2018).
Berdasarkan penjelasan Irfan, ia berani menghadang begal karena
merasa terancam. Di sisi lain, ia memang punya kemampuan bela diri.
Mungkin banyak dari Anda yang penasaran dengan apa bela diri yang dipelajari Irfan sehingga mampu melawan begal. Kepada Kompas.com, Irfan menyebut bela diri yang ia tekuni adalah Jokotole Naga Putih. Ia mempelajari bela diri tersebut selama dua tahun belakangan di Pondok Pesantren Darul Ulum, Pamekasan, Madura.
Bila Anda warga Madura, mungkin sudah tidak asing lagi dengan aliran
bela diri silat yang satu ini. Terlebih lagi Jokotole adalah tokoh
legenda masyarakat Madura.
Jokotole Naga Putih juga merupakan nama padepokan yang mempelajari aliran bela diri yang sesuai dengan namanya itu.
Melihat sejarah lahirnya bela diri dan padepokan Jokotole Naga Putih tidak bisa dilepaskan dari sosok pria bernama Suhaimi. Dalam blog Jokotole Pusat dijelaskan bahwa aliran bela diri ini
berawal dari dusun kecil, Desa Kamal, Kecamatan Kamal, Kabupaten
Bangkalan, Madura.
Disebutkan, dahulu kala di desa tersebut sudah lahir benih-benih pesilat berbakat namun belum terorganisir.
Barulah pada tahun 1964 berdiri perguruan silat yang dinamakan Sumber
Gaya. Adapun tokoh pendirinya adalah guru silat Moh Halil dan dipimpin
oleh H Mustafa.
Sayangnya, setelah padepokan berdiri, murid-murid di perguruan silat
Sumber Gaya semakin berkurang. Namun, ada satu murid yang masih
mempunyai semangat dalam bela diri. Ia bernama Suhaimi.
Latihan demi latihan tanpa menyerah dilakukan Suhaimi hingga akhirnya
ia memutuskan untuk mengikuti sebuah kejuaraan di bawah naungan Ikatan
Pencak Silat Indonesia (IPSI). Usaha Suhaimi tidak sia-sia, ia menjadi juara bela diri tingkat nasional pada tahun 1975 dan 1976. Dari sinilah cikal bakal lahirnya perguruan silat Jokotole.
Pada 21 Maret 1976 perguruan silat Jokotole resmi didirikan oleh Suhaimi di desa tempat lahirnya perguruan Sumber Gaya.
Mengapa nama perguruan ini Jokotole? Berangkat dari ucapan seseorang
yang menyebut Sumber Gaya hendaknya berganti nama. Adapun nama
penggantinya menggunakan nama seorang tokoh legendaris Madura di Jaman
Majapahit, Jokotole. Berbicara soal ciri khas gerakan Jokotole Naga Putih, aliran silat satu ini cepat, keras, dan tangkas.
Melansir dari Jokotole.nl, gaya bertarung Jokotole Naga Putih cukup berbeda dari aliran bela diri lainnya.
Disebutkan pula sebanyak 80 orang Jokotole Naga Putih telah meraih
gelar nasional dan internasional dalam kurun waktu 25 tahun terakhir. Berikut foto-foto santri Mohamad Irfan Bahri yang berhasil admin kumpulkan: